Istilah galaktorrhea merujuk pada sekresi cairan susu dari jaringan mamae yang tidak fisiologis dan tidak seharusnya (tidak berhubungan langsung dengan kehamilan atau keinginan punya anak), menetap, dan kadang berlebihan. Walau biasanya sekret berwarna putih atau bening, kadang bisa berwarna kuning atau bahkan hijau. Pada keadaan lebih lanjut, harus dipertimbangkan kemungkinan penyakit payudara. Untuk menghasilkan sekresi mamae, penekanan harus dilakukan pada seluruh bagian payudara yang dimulai dari dasar payudara dan dipijat ke arah puting susu. Sekresi yang diinduksi hormon biasanya disebabkan pembukaan duktus bersamaan, berkebalikan dengan discharge patologis yang biasanya berasal dari satu duktus. Discharge darah merupakan ciri khas kanker. Jumlah sekret tidak penting dalam penggolongan. Amenorrhea tidak selalu menyertai galaktorrhea, bahkan pada kelainan yang paling serius. Setiap kejadian galaktorrhea perlu dievaluasi jika terjadi pada wanita nulipara dan pada wanita yang setidaknya sudah berhenti menyusui atau hamil terakhir 12 bulan sebelumnya. Galaktorrhea dapat terjadi baik pada kedua payudara maupun salah satu saja. Referensi ini sudah berubah secara empiris, karena diketahui bahwa banyak wanita mengalami galaktorrhea persisten berbulan-bulan setelah berhenti menyusui, sehingga batasannya tidak jelas. Angka kejadian pastinya tidak bisa ditentukan dengan penelitian. Karena itu, masih ada celah untuk diteliti mengenai masalah ini.
Diagnosis Banding Galaktorrhea
Menentukan diagnosis banding untuk galaktorrhea merupakan tantangan klinis
yang sulit dan rumit. Kesulitannya adalah karena banyak faktor yang terlibat
dalam mengendalikan pelepasan prolaktin. Pada taraf patofisiologis, jalur yang
paling umum untuk menjelaskan galaktorrhea adalah bertambahnya pelepasan
prolaktin yang tidak wajar. Hal-hal berikut ini dapat diduga sebagai
penyebabnya:
1.
Peningkatan pelepasan prolaktin dapat disebabkan oleh
produksi dan sekresi prolaktin dari tumor hipofisis, yang fungsinya tidak
terpengaruh oleh penghambatan oleh PIF dari hipotalamus normal. Ini adalah
jenis tumor yang jarang tetapi berbahaya, yang mempunyai pengaruh sampai
melumpuhkan sistem endokrin, neurologis, dan opthalmologis, sehingga diagnosis
banding penyebab galaktorrhea menjadi tantangan klinis yang besar. Diluar
produksi prolaktin, tumor ini juga dapat menekan parenkim hipofisis jika ia
tumbuh dan meluas, sehingga dapat mempengaruhi sekresi hormon tropik lainnya.
Tumor hipofisis lainnya dapat pula berhubungan dengan hiperplasia laktotrof
sehingga menyebabkan sindroma dengan karakteristik hiperprolaktinemia dan
amenorrhea.
2.
Beberapa jenis obat dapat menghambat dopamin dari
hipotalamus.78 Terdapat sekitar 100 derivat phenothiazin yang secara
tidak langsung mempengaruhi aktivitas kelenjar mamae. Selain itu terdapat pula
preparat phenothiazin-like, derivat reserpin, amphetamin, dan beberapa jenis
obat yang lainnya (opiat, diazepam, butyrophenon, α-methyldopa, dan
antidepresan trisiklik) dapat menyebabkan galaktorrhea melalui supresi
hipotalamus. Efek yang dicapai oleh obat-obat ini adalah baik mengurangi kadar
dopamin maupun blokade terhadap reseptor dopamin. Gambaran kimia dari
kebanyakan obat tersebut adalah cincin aromatik dengan kutub pengganti seperti
pada estrogen dan minimal terdapat dua cincin tambahan atau atribut struktural
sehingga membentuk struktur mirip estrogen. Dengan demikian komponen ini dapat
bertindak seperti estrogen untuk menurunkan PIF atau langsung bekerja pada
hipofisis. Untuk mendukung kesimpulan ini, dapat ditunjukkan pula bahwa
estrogen dan derivat phenothiazin berkompetisi menempati reseptor yang sama
pada eminensia median. Prolaktin meningkat secara tidak seragam pada
pasien-pasien yang diterapi dengan obat-obat ini, tetapi tidak melebihi kadar
100ng/mL. Sekitar 30-50% mengalami galaktorrhea yang seharusnya tidak terjadi
lagi setelah 3-6 bulan penghentian obat.
3. Hipotiroidisme
(pada anak maupun dewasa) dapat pula dihubungkan dengan kejadian galaktorrhea.
Dengan kadar yang menurun pada sirkulasi darah, TRH diproduksi oleh hipotalamus
dan bertindak sebagai PRF yang akan melepaskan prolaktin dari hipofisis. Membaiknya keadaan dengan pemberian hormon
tiroid menguatkan kesimpulan bahwa TRH merangsang prolaktin.
4.
Kadar estrogen yang berlebihan (pada pemakaian
kontrasepsi oral) dapat menyebabkan sekresi susu melalui mekanisme supresi
hipotalamus, mengakibatkan penurunan produksi dopamin dan meningkatkan
pelepasan prolakton oleh hipofisis, dan menstimulasi langsung laktotrof
hipofisis. Galaktorrhea yang terjadi selama penggunaan kontrasepsi oral tampak
terutama pada hari-hari tidak meminum obat (saat steroid berkurang dalam
peredaran darah dan prolaktin beraksi mempengaruhi estrogen dan progesteron
dalam penyusutan kelenjar mamae). Galaktorrhea disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen yang drastis pada 3-6 bulan setelah penghentian pemakaian obat. Hal
ini sekarang jarang terjadi dengan penggunaan pil dosis kecil.79
Penelitian berkelanjutan pada 126 wanita memperlihatkan peningkatan sebesar 22%
kadar prolaktin dibanding rerata pada kelompok kontrol, tetapi kadar prolaktin
pada peggunaan kontrasepsi oral dosis rendah tidak keluar dari batas normal.
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta. AKBIDUK Jogja.
Pendaftaran PMB Akbid. AKBID Kebidanan. Mau jadi Bidan Profesional dan
handal kunjungi : www.akbiduk.ac.id
Akbid di Jogja Akbid Ummi Khasanah Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar